Rabu, 30 September 2009

mahluk pembawa sial ??

kutipan diary seorang teman :

entah mengapa aku merasa menjadi manusia pembawa sial, orang yang menyayangiku selalu saja mengalami nasib buruk. teringatku masa2 kecilku, dimana aku adalah warga baru di sebuah kampung di bukit gunung sana. saat itu, dengan umurku yang baru menginjak 7 tahun dan dengan gayaku yang tidak biasa, tak ada seorangpun yang mau bermain denganku. maklum ayahku baru pindah kantor dari jakarta ke sebuah desa di daerah ciwidey yang dulu sih masih asri dan sepi tidak seperti sekarang yang sudah sangat ramai dikarenakan dibukanya beberapa tempat wisata di sana. untung saja ada seorang anak baik hati yang mau kuajak bermain, meskipun awalnya pun dia agak segan bermain denganku. bagaimana tidak, mereka (anak2 kecil saat itu) bermain bola di lapangan becek hanya menggunakan celana pendek tanpa kaos apalagi alas kaki. sedangkan aku, lengkap dengan sepatu sepak bola dan peralatan lainnya. yaaaa lama2 terbiasa juga aku bermain dengan gaya mereka. akhirnya aku mendapatkan seorang kawan , udin namanya. anak seorang petani di kampungku. dia rajin membantu bapaknya di sawah, meskipun tetap saja ada waktu untuk bermain bersamaku. hingga suatu saat, dia demam tinggi setelah bermain bola bersama kami di lapangan. saat itu hujan sedang besar2nya mengguyur kampungku. dan tak berapa lama, dia meninggal dunia. sedih rasanya hatiku, melihat dia begitu.

saat usiaku menginjak remaja, aku bersahabat dengan seseorang yang masih satu sekolah denganku namanya lia. saat itu dia termenung sendiri di taman, padahal kawan2 yang lain sedang asik bergurau dan bermain. ku dekati dia, dan dia tersenyum dan aku memperkenalkan diri. ternyata dia adalah kakak kelasku, namun karena badanku yan bongsor menjadikanku seperti seumuran dengannya. lumayan banyak kawanku saat itu, namun yang kutahu hanya beberapa orang saja yang dekat dengan lia. entah mengapa ?...aku tak terlalu menghiraukannya. kami lumayan dekat menjadi sahabat, hingga seringkali dia main di rumahku dan bersenda gurau dengan keluargaku, yaaa dia sudah menjadi bagian dari hidupku. seseorang yang aku kagumi dan sayangi. bukan karena nafsu atas fisik dan wajah atau nafsu atas kekayaan orang tuanya yang ternyata seorang pejabat pemerintah di jawa barat. aku dan keluargaku menyayanginya karena akhlak dan budi pekertinya yang amat sangat baik untuk ukuran seorang gadis remaja. namun ternyata masih banyak hal tentang pribadi dan keluarganya yang masih belum dia ceritakan. dia pernah bercerita bahwa keluarganya tidak pernah menyayanginya dan selalu mengekangnya. namun saat aku bermain ke rumahnya, aku tak melihat kejadian apa2 atas keluarganya. aku rasa mereka baik2 saja. saat itu bulan mei, saat aku kebingungan mencari lia di sekolah. ku tanya kawan2 tentang keberadaanya, ternyata tidak ada yang tahu sama sekali. aku sempatkan ke rumahnya, ternyata terkunci rapat. dan saat aku tiba di rumahku, ada amplop putih di meja belajarku. ya...itu surat perpisahan dari lia. dalam surat itu dia bercerita bahwa ayahnya telah menghajarnya habis2an hanya karena dia sembarangan bergaul termasuk denganku. ayahnya tidak suka lia bergaul dengan anak2 kampung seperti aku dan yang lainnya. dan akhirnya mereka pindah ke kota. aku tahu betapa sedihnya lia mendapatkan perlakuan kasar seperti itu dari orang tuanya. aku menjadi berpikir, apakah karena aku pembawa sial?

saat usiaku menginjak dewasa dan sudah bisa berbisnis melanjutkan usaha ayahku, aku mempunyai rekan bisnis di surabaya. pak iwan namanya. awalnya kami hanya bermitra bisnis saja, namun lama kelamaan kami sudah seperti kaka beradik saja. dia tak malu2 menceritakan segalanya padaku, mulai dari bisnis yang tentunya menguntungkanku sampai hubungan keluarganya. senang sekali aku saat itu, mempunyai kakak angkat yang sebelumnya tidak aku miliki. karena aku memang anak tunggal di keluargaku. namun belum genap setahun kami bersahabat, aku baru tahu kalau istrinya pergi meninggalkan dia untuk kabur dan menikah dengan kekasih barunya di luar kota. aku baru tahu ketika berkunjung ke rumahnya ternyata ada surat keputusan dari pengadilan tentang perceraian mereka. dan istrinya membawa serta anak semata wayang mereka dan juga harta2 berharga di rumah itu. pak iwan hanya diam dan diam saja. dia tidak bercerita apa2, sampai aku desak dan dia menangis di pelukku. dia tidak mampu untuk menghakimi istrinya karena dia masih mencintainya apalagi masih ada anak manis yang dibawa istrinya. saat itu aku merasa, apakah aku pembawa sial ?

mengapa orang2 yang aku sayangi, yang menyayangiku mengalami hal buruk?



kawan2...sebenarnya ada gak sih sesuatu yang dapat membawa ke'sial' an ? baik benda mati atau mahluk hidup? apakah karena nama? tanggal lahir atau keadaan alam yang membuatnya sial ? yaaaa seperti yang sering dipublikasikan oleh mbah2 dukun itu.

bukannya segala sesuatu itu sudah digariskan Tuhan ya?..bukankah baik dan buruk keadaan itu sudah ada catatan tersendiri oleh Tuhan? lalu mengapa sering terbesit dalam hati kita bahwa karena A atau karena B maka kejadian buruk itu terjadi ? hendaknya kita memantapkan hati dan mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi di seluruh alam adalah kehendakNya.

Minggu, 06 September 2009

Sungguh tak bisa ku berpaling darimu

kadang tatkala kekesalan menerpaku, ingin rasanya ku mencoretmu dari daftar panjang nama kawanku. benci, kesal dan dendam aku padamu. rasanya tega banget kamu melakukan itu padaku. membuatku kesepian, sendirian dan hanya termenung sedih. sedangkan kamu ber-hahaha hihihi dengan kawanmu yang lain.

tak ingatkah kamu, kita sering melewati masa indah bersama. mulai makan di pinggir jalan yang becek sampai restoran mahal yang menguras kocek. mulai nongkrong di ramainya lalu lalang kota sampai di heningnya arus sungai desa. mulai dari hiruk pikuknya dunia malam yang kelam sampai merdunya tabligh akbar yang menggetarkan hati. sungguh membuat ku terhanyut dalam lamunan indah. kita pernah melewatinya, dan kuharap tak hanya untuk menoleh ke belakang namun juga tetap dapat ku tatap di masa depan.

tak ingatkah kamu, kita pernah melewati masa sulit bersama. mulai dari susahnya mengerjakan tugas, ujian bahkan menghadapi dosen2 yang alamak sulit kali mengerti kita sebagai mahasiswa kacangan (ups....maksudnya eksekutif). mulai dari ribut sama mahasiswa fakultas lain yang sok gak banget, sampe ribut antara kita bersama. mulai dari masalah finansial, sampai urusan hati dan pasangan kita yang ngepek ke hubungan perkawanan kita, sampai akhirnya kita harus ribut juga.

boleh saja waktu kemarin aku sangat benci dan bete banget padamu. kesal karena kau bahagia diatas kekecewaanku.

kawan....andaikan sekarang aku bukan berada di tempat kerjaku, sambil mendengarkan lantunan lagu-lagu patah hati band-band lokal atau merdunya penyanyi-penyanyi solo dalam negeri, aku pasti sudah menitikkan air mata. meskipun gambling juga, alasan ku menitikkan air mata. entah karena tangis bahagia atau sedih karena kisah perkawanan kita. atau karena alunan nada yang sangat menyentuh hati itu.

apapun itu, aku sekarang percaya. bahwa hatiku sudah tertambat padamu. kawan seperjuangan, yang susah dan senang sering melewati bersama. ku harap kamu pun merasakannya. agar kisah kita tak hanya dapat dilihat dengan cara menolehkan pandangan ke belakang, namun juga dapat terus menatap tajam penuh senyum ke depan.

sungguh tak bisa berpaling darimu

Selasa, 01 September 2009

SEPI dan KOSONG

dari semenjak pulang kantor tadi, ku mendengar gurauan si mbok yang sedang menyetrika pakaian kawan kos ku yang lain. "si aa mah betah sendirian terus ya, jarang banget kumpul2". aku berlalu begitu saja sambil melemparkan senyum yang sebenarnya amat sangat jelas bahwa senyumku sedikit dipaksakan. aku bergegas naik ke lantai tiga dan segera masuk ke istana kebanggaanku. yaaa untuk anak sekelasku, punya kamar kos seperti ini sudah membuat bahagia.

entah itu ungkapan yang ke berapa kalinya dari setiap orang yang kenal denganku atas perilaku ku yang sangat senang menyendiri.

---------------------------------------------------------------------------------------------


baju koko nan wangi lengkap dengan sarungnya masih ku kenakan, selepas tarawih dari masjid sekitar rumah seperti biasa aku langsung menuju kamar kosku.

entah berkurang atau tidaknya pahala tarawihku tadi, sepertinya kurang khusu. dalam suasana takjubnya beribadah, desir darahku seakan berhenti dan menerawang sedih. ingin rasanya mataku mengaliri wajahku, namun ada rasa tak nyaman dengan jamaah lainnya. nafasku sesekali kutarik sedalamnya, sambil menapaki jejak kesedihanku.

Tuhan...hamba ini sungguh sangat kesepian ternyata. sudah jauh berkelana meninggalkanmu, dan seakan berpura-pura bahagia menikmati kesendirianku tanpa cintamu. terima kasih karena malam ini, Engkau telah memberikan rasa ini kembali padaku. sehingga hamba menjadi sangat membutuhkanmu lagi. belaian kasih sayangmu dan senyum indahmu yang sebenarnya tanpa ku pedulikan kemarin-kemarin, selalu menemaniku. terima kasih Tuhanku.

Kamar ber-cat ungu yang baru selesai di cat ulang kemarin minggu tampak bermuram menerima kedatanganku dari mesjid malam ini. dingin nya AC dan sedikit pengharum ruanganpun seakan enggan menyapaku saat ini. ruangan yang selalu ku anggap kerajaan istimewaku, mengapa saat ini seakan menjadi pemakaman umum bagiku. sepi dan kosong...

ucapan si mbok di bawah tadi malah kembali terngiang di fikiranku. ku teringat ternyata diriku memang penyendiri sejati. entahlah...mengapa dalam kesendirianku kali ini terasa sangat menyakitkan hatiku ? apakah ini teguran dan petunjuk dari Tuhan bahwa aku memang harus segera hidup dalam suatu rumah tangga?

dalam kekosongan sedih hatiku, tak hentinya aku menyesali semua kejahatanku. ku ingat banyak orang yang telah kecewa, benci, dendam dan meninggalkanku. ternyata aku masih belum sempurna untuk membahagiakan orang-orang di sekitarku

sayangku, maafkanlah diriku. yang terlampau egois menikmati segalanya dalam kesendirian, tidak hanya dalam senyum bahagia namun tangis dukapun tak setitik ku bagikan denganmu. padahal kau telah mencurahkan segala hatimu padaku. maafkan sikap tertutupku yang terlampau mengecewakan hatimu, yang kadang tak pernah bisa menerima saran kritikmu untuk selalu berbagi denganmu. sungguh tak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubahku. terima kasih karena kau selalu sabar dan bijaksana dalam menghadapi keegoisan kekasihmu ini.

keluarga tercintaku, maafkanlah diriku. yang terlampau congkak bergaul denganmu. seakan menjadi raja dalam singgasana ayah bunda kita. maafkanlah diriku yang kadang tidak dapat membantu disaat kalian sangat butuh perhatianku. maafkanlah aku yang kadang lebih mempedulikan urusan pribadi daripada sekedar menengok dan bertanya kabar kalian. terima kasih karena kalian selalu sayang padaku, ayah bunda dan saudaraku yang selalu membantu ku.

sahabat dan orang - orang tersayangku, maafkan diriku yang selalu congkak dalam segala tindakan dalam pergaulan kita. yang selalu merasa benar dan tak pernah mau menerima atas sedikit kesalahan yang telah kalian lakukan. maafkan karena aku tak dapat menerima kebahagiaan yang kalian berikan padaku dengan ikhlas. beginilah aku. keegoisan dan kesombongan diri telah membuatku menjadi congkak dan seenaknya mempermainkan keikhlasan kalian.

sungguh sepinya ruangan ini tak dapat mengalahkan kekosongan hatiku. serasa tak bergunanya aku menjadi manusia yang sebenarnya adalah makhluk sosial. nafasku terasa sejalan dengan suara detik jam bahkan lebih lambat persekian sekon.

bila ku teringat satu persatu sahabatku meninggalkanku, rasanya inginku bersujud padaMu ya Tuhan agar mereka kembali mengikatkan ukhuwah denganku. bila ku ingat kesedihan dan kemarahan orang-orang tersayangku, ingin rasanya ku berserah diri padaMu ya Tuhan hanya agar aku menjadi manusia yang dapat membuat mereka selalu tersenyum dan bahagia.

dalam kesendirianku ini, aku selalu berfikir. berapa orang yang peduli denganku? berapa orang yang memperhatikanku? kadang ku buka hp untuk mengecek, ada berapa orang yang sms, call, bbm, ym, fb, untuk sekedar basa-basi denganku. rasanya jumlah jari tanganku ini masih banyak dibandingkan dengan mereka. aku tak pernah menyalahkan mereka, tapi aku selalu menangisi perilaku burukku. karena aku memang tak ada dalam hati mereka.

kosongnya hatiku telah menyadarkanku akan pentingnya mereka semua bagiku. mereka telah ikhlas menyayangiku, namun yang kulakukan hanya keegoisan dan kecongkakan. hingga akhirnya aku merasakan juga , kesepian yang sangat mengiris hatiku saat ini. namun yang amat sangat menyiksaku, jika Engkaupun berpaling dariku ya Tuhan.....

sungguh hamba tak tahan akan keadaan ini, terima kasih karena Engkau telah menyelimuti hatiku lagi