Minggu, 27 Desember 2009

2009 yang penuh warna

tinggal beberapa hari lagi 2009 akan berlalu dan tinggal beberapa hari lagi 2010 akan tiba, tinggal beberapa waktu lagi kesendirianku akan berlalu dan tinggal beberapa waktu lagi rumah tangga baru ku akan tiba. hmmmm dengusan nafasku membuyarkan sepinya malam ini yang begitu dingin tersiram hujan lebat. tak di kota hujan sana tak di metropolitan sini, dingin, dingin dan dingin. hmmm hanya dengusan nafas yang bisa terdengar..

2009...amazing dan istimewa bila ku mengingatnya, Tuhan telah banyak memberikan crayon crayon berwarna warni untuk ku lukis pada kertas putih kehidupan ku setahun belakangan ini. Dia telah mendengar do'aku di awal tahun kemarin, dia telah banyak membuka mata dan telingaku untuk tahu dan merasakan betapa berwarnanya hari kemarin dan semoga di hari esok pun.

2009...tahun dimana aku mendapatkan setumpuk kebahagiaan, kasih sayang dan seonggok luka yang sepertinya tidak pernah terhapus oleh waktu. dalam setahun ini, ku peroleh banyak sahabat dan saudara yang entah tempat tinggal, identitas dan wajahnya pun ada saja yang belum banyak ku tahu, namun apapun dan bagaimanapun, ikatan batin diantara aku, kamu, dia dan dia bisa terikat oleh sebuah rasa yang namanya kasih sayang.

hingga tak pernah ku mengira, aku dapat menginjakkan kakiku di serambi mekah dan ujung barat indonesia, yang sebelumnya tak pernah setitikpun terlintas di fikiranku untuk menikmati keindahan panorama disana. hingga tak pernah ku mengira, aku mempelajari bahasa batak, melayu, manado, surabaya dan lain sebagainya yang sama sekali aku tak pernah bisa sebelumnya. hingga tak pernah ku mengira, ku menikmati lantunan suara2 indah paduan suara yang sekarang sudah menjadi agenda padahal sebelumnya tak pernah ku menyukainya. 2009...memang tahun yang penuh dengan keindahan, keberagaman dan kedahsyatan. hingga ku menemukan teman2 di dunia maya yang menjadi nyata pada akhirnya sehingga terikat nama, nama dan nama di jiwa. padahal sebelumnya tak pernah ku mengira akan bertemu dan berhubungan dengan mereka, siapalah aku dan siapalah mereka. namun Tuhan telah mengikatkan takdir antara aku, kamu dan dia untuk bisa bersama bertutur kata. sungguh 2009 membuat nama nama itu terukir di jiwa.

namun 2009 pun tak luput dari luka yang tak pernah kunjung sirna. kasih sayang sahabat dan saudara telah berganti murka dan derita. saking murkanya hingga tak pernah sesuatu pun yang dapat mengembalikan kasih sayang yang dulu tertera, kini....hanya murka dan murka lah yang ada pada mereka. aku memang bukan manusia sempurna, bukan hanya terkadang namun ku sering berbuat salah sehingga sahabat dan saudara2 ku berubah dari rasa sayangnya menjadi murka dan dendam yang tiada berujung. hmmmm..kisah sedih ini sepertinya tak akan sirna dimakan zaman, karena sepertinya tak ada tanda2 mereka mau kembali bersilaturahmi. yang ada hanya makian dan cercaan disaat ku menyapanya. akan kah keajaiban 2010 mengembalikan senyum dan kasih sayang mereka??

namun apapun itu, 2009 akan menjadi tahun sejarah bagiku. tentu saja...karena pada tahun ini, ilmu pengetahuanku bertambah, persahabatanku bertambah, pengalamanku bertambah, pokoknya semua yang berguna akan slalu ku syukuri. keindahan danau toba, kecantikan sabang city, keganasan jalur meulaboh, kehangatan tangkuban perahu, kedahsyatan ciwidey, keramaian paris van java dan keteraturan bandara juanda akan selalu mengingatkanku betapa 2009 adalah tahun istimewa bagiku.

dan tentunya 2009 adalah tahun terkahir dimana aku menikmati kesendirianku, karena tahun depan sudah ada seorang pendamping yang akan menemani dalam jasmani dan rohaniku. namun semoga persahabatan, persaudaraan dan ikatan indah yang telah terjalin selalu menjadi indah meskipun 'aku' telah berubah menjadi 'kami' di tahun depan.

semoga kesuksesan yang kudapat di tahun ini dapat berlanjut di tahun depan, keindahan dan kedahsyatan pengalaman akan ku nikmati bukan hanya di tahun ini namun berlanjut pula di tahun depan, semoga keledzatan imanku pada Tuhan dapat ku rasakan kembali bukan hanya di tahun ini namun berlanjut di tahun depan. amin

Senin, 07 Desember 2009

Demi Allah, I Love You

Dari gesture-nya aku tahu pasti: dia ingin menyampaikan sesuatu.

"Ada apa tho? Mbok terus terang saja, jangan ditahan, nanti malah bikin stres lho!" Aku memecah keheningan suasana malam itu.

"Tapi Mas jangan marah lho ya!" pinta istriku dengan serius.

"Astaghfirullahal adziim Belum - belum kok sudah suudhon sama suami gitu"

Aku mau cerita kalau Mas janji nggak marah masih serius dia memohon, menambah penasaranku akan apa yang akan dia sampaikan.

"Baiklah, insya Allah aku tidak akan marah."

"Sebenarnya Mas ini sayang sama Dik Rani nggak sih, Mas?" Prolognya mengejutkanku. Dan klasik sekali, tipikal laki laki di negeri ini, aku menjawab dengan:

"Mengapa kau bertanya begitu?"

"Tuh, kan! Mas marah, kan..."

"Tetapi mengapa kau bertanya begitu? Mengapa?!" Egoku sebagai laki laki meninggi.

"Kalau Mas marah gitu aku nggak jadi cerita..." Dengan sedikit menggeser badannya dari tempat ia duduk, dan dengan mimiknya yang seolah tanpa dosa itu, ia seakan hafal bagaimana menaklukkanku.

"Baiklah... Mengapa kau bertanya begitu?" Aku tetap tidak menjawab pertanyaannya.

Entah mengapa, laki laki di negeri kami amat jarang mengungkapkan kata - kata cinta bahkan kepada istrinya sekalipun. Bahkan ketika ditanya dengan pertanyaan segamblang itupun, terasa kelu lidah ini untuk sekedar menjawab, Aku sayang padamu, Dik...

Bagi kami, para laki - laki, cinta tidak perlu diungkapkan dengan kata - kata. Cinta adalah memberikan kepada orang orang yang kami cintai apa yang mereka butuhkan. Cinta adalah bekerja keras membanting tulang mencari nafkah untuk diberikan kepada anak, istri dan orang tercinta kami. Cinta itu demikian kuat, demikian dalam, demikian terang memancar dari dalam hati kami hingga kami sangat yakin bahwa rasa cinta itu sanggup menembus hati istri - istri kami meskipun tidak pernah kami ucapkan.

Kuatnya keyakinan itu membuat kami memaksa istri - istri kami memahami hal itu: Jangan pernah kalian tanyakan cinta kami, sebab cinta kami adalah cinta murni, bukan cinta basa basi dengan penuh kata kata puisi. Cinta kami adalah dengan memberi bukti, bukan obral janji.

Maka ketika cinta ditanyakan, bahkan ketika belum dipertanyakan, bagi kami terdengar sebagai sebuah vonis: engkau belum bisa memberikan yang terbaik untukku!

Itulah kami, para lelaki. Pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban sederhana: ya atau tidak, menjadi sebuah pertanyaan kompleks yang kental dengan beratus prejudice: Mas tidak cinta kepadaku karena nafkah yang mas berikan sedikit; atau: Mas tidak cinta kepadaku karena banyak permintaanku yang belum Mas penuhi; atau Mas tidak cinta kepadaku karena aku lihat akhir akhir ini sering pulang terlambat... dst.

"Mas harus jawab dulu pertanyaan dik Rani, sebenarnya Mas sayang nggak sama dik Rani?" Mimiknya mulai serius.

Penasaran dengan background pertanyaan itu, aku melunak:

"Baiklah, dik! Mas Anto sayang banget sama dik Rani."

"Bener?! "

"Betul!"

"Terima kasih, mas Anto!" Sekilas kulihat rona merah di pipi istri tercintaku.

Suasana menjadi agak hening. Aku menjadi kikuk. Belum pernah aku alami fragmen itu sepanjang pernikahan kami yang sudah menghasilkan dua anak ini. Kayak di sinetron saja, pikirku. Aku termasuk orang yang berpendapat kisah - kisah dalam sinetron adalah kisah di dunia lain. Dunia nyata harus berbeda dengan dunia sinetron.

"Sekarang gantian mas Anto yang tanya. Mengapa Dik Rani bertanya seperti itu?" Aku memecah keheningan sesaat itu

"Dik Rani bersedia menjawab asalkan Mas Anto janji dulu."

"Janji apa?"

"Janji nggak marah setelah mendengar jawaban dik Rani."

Jiwa kelelakianku kembali terusik. Pasti jawabannya tidak menyenangkan dan pasti mengundang kemarahanku.

Tetapi kali ini, karena rasa penasaranku yang semakin menjadi- jadi, aku bisa mengontrol diri, dan menjawab:
"Mas Anto janji nggak akan marah."

Tentu saja kata kata itu hanya untuk mempercepat aku memperoleh jawaban dari istriku, mengapa ia bertanya seperti itu.

"Mas, Dik Rani sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengungkapkan hal ini..."

Prolognya mengakselerasi degup jantungku.

"Dalam sebulan ini Dik Rani beberapa kali bermimpi. Dan dalam dua minggu terakhir ini mimpi itu semakin sering hadir dalam tidur Dik Rani. Dalam mimpi-mimpi itu dik Rani bertemu dengan teman teman laki - laki sekelas dik Rani waktu SD, SMP dan SMA. Orangnya lain - lain, tetapi mimpinya sama, Mas...! "

Rani berhenti bercerita. Matanya mulai berkaca-kaca. Kalimatnya menjadi bergetar di akhir kalimat.

Setelah menyeka air matanya yang mulai mengalir, ia melanjutkan ceritanya.

"Dalam mimpi - mimpi itu selalu saja teman - teman Dik Rani bilang..."

Ia berhenti lagi. Air matanya semakin deras

"Mereka bilang, aku sayang sama kamu, Rani!....". Tangisnya pun pecah mengiringi kalimat terakhirnya itu.

Bagai disambar petir kepala ini. Seluruh darahku terasa naik ke kepala. Aku marah bukan kepalang. Aku cemburu. Dan sejurus kemudian, aku menghakimi: Dasar istri tak tahu diuntung! Punya suami baik - baik kayak gini kok malah membayangkan laki - laki lain. Bagaimana tidak? Darimana datangnya mimpi - mimpi itu kalau tidak dari angan angan yang kuat?

Seakan tahu pasti bakal reaksiku, si Rani istriku segera membela diri.

"'Tapi, Mas! Demi Allah! Dik Rani tidak pernah mengingat ingat mereka, apalagi membayangkan mereka! Sungguh, Mas! Demi Allah!"

Aku tetap diam menahan marah.

"Lihatlah, Mas! Kalau memang dik Rani membayangkan mereka, tidak mungkin dik Rani bilang ke Mas Anto seperti ini!"

Kalimat terakhir ini sedikit memancing logikaku bekerja, setelah beberapa saat mati total karena seluruh energiku terkuras ke emosiku. Tetapi kemarahanku sudah terlanjur mencapai puncaknya. Kemarahan memang membuat logika tidak bisa bekerja. Untungnya aku segera tersadar. Teringat perintah Rasulullah SAW, aku segera mengambil wudhu. Kemarahanku sedikit mereda. Tapi belum benar - benar padam. Seperti biasa, jika marah aku terdiam dan tidak mau melihat wajah istriku. Meskipun masih satu ranjang, malam itu kami tidur saling menghadapkan punggung; posisi tidur yang diccela oleh Rasulullah SAW.

Malam itu barangkali adalah malam terburuk sepanjang sejarah pernikahanku dengan Rani, adik angkatan di bangku kuliahku. Seperti layaknya pernikahan para aktifis masjid di kampus, kami diperkenalkan, dan dijodohkan oleh ustadz kami. Pernikahan kami adalah pernikahan gaya baru untuk ukuran masyarakat kami. Kami tidak melewati masa masa pacaran. Begitu diperkenalkan, kemudian ada chemistry di antara kami, tahapan selanjutnya adalah langsung ke jenjang pernikahan. Pesta pernikahan kami pun sederhana. Maklum, kami menikah sebelum kuliah kami selesai. Kami tidak ingin membebani orang tua kami dengan biaya pernikahan yang sangat tinggi, sementara kami belum mandiri secara finansial.

Hari demi hari, bulan demi bulan kami menjalani kehidupan rumah tangga kami. Dua anak pun sudah dikaruniakan kepada kami. Sebelum lulus kuliah, aku bekerja di sebuah lembaga bimbingan belajar terkemuka. Di samping itu aku juga melayani les privat untuk tetangga rumah kontrakanku. Setelah lulus aku bekerja pada sebuah perusahaan engineering consultant. Sementara itu Rani sibuk dengan dua jagoan kami yang memang masih membutuhkan ibunya full – time; Rani tidak bekerja. Saya yakin model keluarga kami adalah tipikal keluarga aktifis dakwah kampus.

Hingga kejadian malam itu, aku merasa Allah telah menjadikan keluarga kami menjadi tauladan bagi pasangan muda di komunitas kami. Setidaknya itulah yang pernah kudengar dari beberapa temanku. Aku merasa menjadi laki laki paling bahagia di muka bumi. Kami tampak selalu rukun, tampak harmonis, dan bisa dibilang tidak ada pesoalan rumah tangga yang serius di keluarga kami. Tidak ada persoalan finansial, komunikasi antar pasangan, atau persoalan tidak segera mendapat momongan; tiga persoalan utama yang sering kami temui di keluarga teman - teman kami. Tetapi pengakuan Rani malam itu sungguh membuat aku merasa hancur. Kebahagian yang selama ini aku banggakan ternyata hanyalah kebahagiaan semu. Aku merasa gagal. Keharmonisan keluarga kami yang dilihat orang ternyata nol besar. Aku merasa sedih, karena ternyata aku gagal melihat kenyataan bahkan ketika kenyataan itu adalah kehidupanku sendiri.

"Ustadz, bisa minta waktu sebentar, saya ada persoalan yang ingin saya diskusikan dengan ustadz."

"Persoalan apa?"

"Masalah rumah tangga, ustadz!"

"Mau nikah lagi?"

"Ah, enggak ustadz! Saya sedang ada persoalan dengan Rani."

"Baik, nanti malam ba'da isya insya Allah saya ada di rumah."

"Jazaakallahu khairan, Ustadz!"

"Amiin, walakum."

Ustadz Rahmat adalah salah satu ustadz kami. Di kalangan aktifis, beliau terkenal sebagai ustadz spesialisasi rumah tangga. Beliau menjadi perantara pernikahan hampir semua aktifis. Beliau juga biasa menjadi rujukan teman - teman ketika mendapat persoalan dalam kehidupan rumah tangga. Pagi itu, setelah acara ta'im pagi yang biasa diselenggarakan di masjid kampus, saya membuat perjanjian dengan beliau untuk mengkonsultasikan premasalahan yang sedang saya hadapi.

"He he he.... . Anto..., Anto.!" Ustadz Rahmat tersenyum setelah mendengar penuturanku tentang mimpi - mimpi Rani; termasuk juga kecemburuanku dan perasaan kegagalanku.

"Aku tidak mengira, ternyata kau dan Rani yang selama ini tampak harmonis ternyata punya masalah juga. Sebenarnya ini masalah klasik, dan sederhana sekali. Bahkan sudah sering menjadi tema dalam kajian - kajian. Jadi... sekali lagi saya terkejut juga mendengar penuturanmu."

Aku terdiam. Aku mencoba mengingat ingat materi kajian yang pernah kuikuti. Tetapi aku tidak mendapatkan satupun yang relevan dengan kasusku.

"Coba ambil kitab riyadhus-shalihin di rak buku itu!" ustadz Rahmat memintaku mengambil kitab riyadhus shalihin terjemahan bersampul biru di rak buku di belakangku. Tidak sulit aku mendapatkannya. Riyadhus shalihin adalah kitab kumpulan hadits yang biasa kami telaah, baik di pengajian - pengajian rutin maupun bacaan kedua di rumah tangga setelah AlQur'an.

"Bab berapa ustadz?" Seperti biasa, kamilah yang beliau minta membuka dan membaca sendiri ayat atau hadits yang ada di dalam sebuah kitab, ketika beliau ingin mengajari kami sesuatu.

"Coba buka bab keutamaan cinta karena Allah, di jilid I. Kira kira halaman 300-an. Sedemikian seringnya kitab itu dijadikan rujukan, ustadz Rahmat hafal betul letak halamannya."

Dan, terbukalah halaman 317, tertulis judul: Pasal: Keutamaan cinta karena Allah, dan menganjurkan serta memberitahu kepada Allah, dan orang yang dicinta karena Allah, dan jawaban orang yang diberitahu.

"Sudah ketemu?"

"Sudah, Ustadz!"

"Coba kamu baca hadits terakhir dari Pasal itu!"

"Baik, Ustadz!"

Aku balik lembar demi lembar, dan sampailah mataku tertuju hadits nomor 11, hadits terkahir dari Pasal keutamaan cinta karena Allah.

"Anas r.a. berkata: Ada seseorang duduk di sisi Nabi SAW, tiba tiba lewatlah seorang laki - laki, dan berkatalah orang yang duduk di sisi Nabi SAW tersebut: 'Wahai Rasulullah, sungguh saya sangat menyayangi orang itu.' Nabi SAW bertanya, 'Apakah sudah kauberitahu padanya, bahwa kau cinta kasih kepadanya?' Jawabnya: 'Belum.'. Lantas bersabda Nabi SAW: 'Beritahulah ia!'. Maka dikejarnya orang itu dan berkatalah ia kepadanya, 'Sungguh, demi Allah, Aku sayang cinta kepadamu!'. Maka orang itu menjawab, 'Semoga Allah menyayangi dan mencintaimu, sebagaimana kau mencintaiku karena Dia." (HR. Abu Dawud).

Aku terdiam setelah membaca hadits itu. Aku tertegun, seakan akan hadits itu baru saja aku baca. Padahal, secara logika, seharusnya hadits itu seharusnya sudah aku baca dan aku pelajari, sebab sudah dua kali aku mengkhatamkan riyadhus shalihin. Tak terasa, air mata meleleh membasahi pipiku.

"Anto,..." Ustadz Rahmat memecahkan keheningan sesaat itu.
"Berapa kali kau sampaikan kepada istrimu bahwa kau mencintainya karena Allah?"

Aku terdiam. Sejurus kemudian aku menjawab, "Belum pernah, Ustadz!"

"Anto, ketahuilah, wahai saudaraku; manusia tidak bisa membaca kata hati manusia yang lain. Tidak pula dengan malaikat. Hanya Allah dan kitalah yang tahu isi hati kita masing - masing. Karena itulah, Rasulullah mengajarkan kepada kita, kalau kita mencintai seseorang karena Allah, maka sampaikan kepadanya bahwa kita mencintainya. Apalagi dengan istri - istri kita"

"Tetapi, ustadz, tidak cukupkah perbuatan dan kebaikan saya kepada istri saya selama ini menjadi bukti cinta saya kepadanya?"

"He he he... . Seharusnya sudah cukup. Paling tidak menurut pikiranmu. Tetapi tidak menurut Rasulullah SAW, sebagaimana hadits yang barusan kaubaca. Ingatlah, wahai Anto, Allah menciptakan manusia berbeda - beda. Jangan kau samaratakan semua orang. Jangan kau anggap semua manusia memiliki nalar dan perasaan seperti yang kau punya. Apalagi wanita, Anto! Mereka adalah makhluk Allah yang penuh misteri. Bahkan Allah swt sampai membuat surat An-Nisa di dalam AlQur'an, seakan mengingatkan kepada kita untuk berhati - hati bergaul dengan mereka. Wanita itu, wahai Anto, diciptakan Allah dengan sifat sifat kelembutan dan kasih sayang. Perasaan mereka lebih lembut dan lebih sensitif dibandingkan kita para lelaki. Mereka butuh kasih sayang, dan ungkapan kasih sayang dengan kata kata adalah salah satu kebutuhan dasar mereka. Sesungguhnya kita para lelakipun memiliki kebutuhan dasar itu, namun tidak sekuat kebutuhan para wanita. Tahukah kau apa yang terjadi pada Rani istrimu? Hatinya gersang akan ungkapan kasih sayang. Ibarat tanah di musim kemarau yang merindukan datangnya hujan, hati rani sudah bertahun tahun tidak pernah disiram dengan kata kata kasih sayang. Seharusnya kau yang menyiram hatinya dengan untaian kata kasih sayang. Namun karena kau egois dan menganggap bahwa kau tidak perlu mengungkapkan perasaanmu, maka orang lainlah yang menyirami hati Rani yang gersang itu. Saya yakin, Rani benar dengan pengakuannya bahwa ia tidak membayangkan kawan - kawan masa lalunya. Mimpi - mimpi itu muncul dari alam bawah sadar Rani yang sudah sedemikian kering dan haus akan siraman ungkapan kasih sayang"

Aku merasa amat bodoh di hadapan ustadz Rahmat. Aku tidak bisa berkata apa - apa.

"Sekarang, pulanglah, mintalah maaf kepada istrimu, dan sampaikan padanya, bahwa demi Allah, kau mencintainya. Insya Allah mimpi - mimpi itu tak kan pernah datang lagi dalam tidur Rani"

Sejenak kemudian aku mohon pamit dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Rahmat. Dan, seperti biasa, ustadz Rahmat melepas kepergianku hingga pintu gerbang pagar rumah beliau, dan selalu dengan senyum khas beliau itu: senyum khas seorang Ustadz Rahmat.

Malam itu barangkali akan menjadi malam terindahku dengan istriku. Sulit kulukiskan dengan kata - kata, bagaimana malam itu, untuk pertama kalinya setelah hampir lima tahun menikah dengannya, aku ucapkan, "Demi Allah, Aku mencintaimu, Rani!" Bagaimana reaksi Rani, bagaimana syahdunya suasana malam itu biarlah menjadi kenangan kami sendiri. Aku tidak kuasa melukiskannya dengan kata " kata, sebab kalimat apapun yang kupilih, tidak bisa menggambarkan indahnya suasana malam itu.

Dan Alhamdulillah, setelah malam itu, Rani tidak lagi dihampiri teman - teman lamanya dalam tidurnya.

Abadikanlah cinta kami dalam ridhaMu, ya Allah!



- Mei 2008 -



Nama - nama dalam tulisan di atas adalah fiktif, namun kisahnya adalah kisah nyata

story of past, present and future

For u in the past

Hai apa kabar? Lama kali tak jumpa, aku harap kamu baik2 saja. Gilaa kalo ingat kisah2 dl, seru, lucu..yaa cukup indah untuk kubuka kembali album tentang tangisan, amarah, bahagia dan rentetan kisah2 kita. Untung jaman udah canggih ya? Sehingga kita dipertemukan kembali olehny. Lucunya melihat album2 tentang kisah kita, saat mukaku msh imut (eits jgn muntah dl yaa). Dan celetukan sana sini mengingatkanku akan tingkah2 anehku di masa dulu. Ingatkah saat kita bercengkrama di ujung indonesia? Romantisme dan kegilaan indah itu tak akan luntur meski waktu tidak akan mungkin mengulangnya. Senyum indahmu saat dl pertama kita berjumpa di malam kota yg dingin, tak akan pernah dilupa. Yaa kalian mungkin akan mudah lupa akan ku. Namun dlm sanubari yg sempit ini, ada ruang yg cukup untuk menyimpan senyum, tawa, tangis, amarah dan segala kenangan tentang kita. Sampai aku nanti tersenyum dg nya, kau bahagia dgnya dan mereka tertawa dg yg dicintainya, ingatlah album abadi kita untuk dihargai, dikenang indah dan dipelajari demi hikmah.

For u in the present

Hai..gimana kabar lo? Tugas2 udah beres dong...bro, kemarin gwe lupa ngucapin terima kasih sama lo.. Thanks karena lo udah mau bantuin gwe, thanks karena lu mau berbagi sm gwe. Takdir telah mempertemukan kita bersama, pdhl latar kita sangat berbeda, umur, culture, watak, aplg bahasa, beuuh memang negri kita amatlah kaya dg perbedaan. Untung kita belajar PMP atau PpKn, sehingga kita bs nyaman berbagi kisah dg semua perbedaan itu. Keindahan kita telah membuat mawar merekah, keangkuhan kita tlah membuat awan hitam perkasa dan kegilaan kita tlah menjadikan hidupku, hidupmu dan mereka berwarna. Sampai esok kita tak bersama lg, janganlah pernah lupa akan kisah ini, semoga kita bahagia di masa depan dg orang2 tercinta di samping kita.

For u in the future

Selamat siang cinta, perkenalkan sy akan bersamamu nanti. Semoga kamu bahagia dgku. Yaa aku memang manusia biasa, bs jadi dlm penglihatan dan pendengaranmu, aku minus. Namun jika kau mengukur dg hatimu, pastilah bnyk plus yg akan kau dapatkan dr ku. Aku bukanlah seperti sesuatu di masa lalumu, mungkin jauh lbh buruk. Namun itulah aku, aku bukanlah dia, bukan jg mereka. Dg hati yg ada di diriku, segala watak minus ku pasti akan menjadi plus. Tak sabar ku menikmati biduk kebersamaan dgmu. Jangan lah kau cemburu dg kisah manisku di masa lalu, janganlah kau ragu atas sikap datar dan anehku, janganlah kau mengeluh jika nanti kita mengalami kesedihan dlm hidup. Tunggu aku yaa..see u next time

berlebihan itu tidak baik

plisss deh jangan lebay...bla bla bla
makin didengar lagu dari T2 itu makin membuatku berfikir, yaa kita memang harus pintar mengambil hikmah dari segala sesuatu bahkan dari hal yang kita sendiri jijik untuk melihat, mendengar dan memikirkannya.

berlebihan memang sangat tidak baik,meskipun ada pepatah yang bilang "big is beautiful" bukan berarti kita jadi seenaknya saja makan dan makan karena tidak pernah peduli dengan berat badan. big is beautiful memang benar karena kecantikan bukan dilihat dari bentuk fisik namun dari hati.

berlebihan dalam hal apapun sangatlah tidak enak, cukup dan sederhana akan lebih indah. dalam hal makanan, kehidupan, hobby, cinta dan semuanya. memang sebagai manusia, kita tidak pernah cukup dengan satu, setelah dapat satu ingin kedua, setelah kedua ingin ketiga dan seterusnya. namun tahukah anda, semakin anda mempunyai sesuatu berlebihan, maka nilai manfaat dan nilai kesukaan terhadapnya akan semakin kecil. bahkan lama kelamaan anda akan muak, bosan dan jadi berbalik membencinya.

ada hadits yang menyebutkan "kasihilah kekasihmu biasa saja, siapa tahu di masa mendatang akan memusuhinya, dan musuhilah musuhmu biasa saja, siapa tahu di masa mendatang akan mengasihinya". Hadis ini mengingatkan bahwa kalau kita mencintai seseorang jangan berlebihan, demikian sebaliknya, kalau kita membenci seseorang jangan berlebihan juga.

ada pepatah yang mengatakan bahwa cinta dan sayang itu seperti menggenggam pasir, jika kau menggenggamnya dengan erat dan semakin kuat, maka pasir itu akan lepas dari genggamanmu. dan jika kau menggenggamnya biasa saja, maka pasir itu akan tetap dalam genggamanmu. anda mungkin mengerti akan perumpamaan yang sudah umum didengarkan. namun termasuk ke dalam yang manakah anda?

sederhana adalah hidup yang paling indah, tanpa kekurangan dan tidak pernah berlebihan. dengan hidup sederhana, kita akan selalu bersabar dan menikmati segala masalah dan kesusahan. dengan hidup sederhana, kita akan selalu bersyukur dan menikmati segala nikmat yang ada.

jadi teringat lagu T2 tadi plissssss deh jangan lebay

lakukan segala sesuatunya dengan kadar yang cukup, tidak kekurangan dan jangan pernah berlebihan.

adakalanya kita harus menutup telinga kita

Suatu hari, Bapak dan Anak hendak pergi ke suatu tempat dengan seekor keledai mereka. Sang Bapak menaikkan anaknya ke atas keledai, sementara dirinya sendiri berjalan kaki menuntun keledai tersebut. Perjalanan pun dimulai.

Belum jauh mereka melakukan perjalanan, mereka mendengar orang2 di sekitar mereka berbisik2 membicarakan mereka berdua.
"Anak kurang ajar.. Bapaknya sudah tua kok dibiarkan berjalan sementara dirinya naik keledai..", begitu kurang lebih yang diungkapkan orang2 ketika melihat mereka lewat.

Merasa melakukan kesalahan, mereka berdua menghentikan perjalanannya sejenak. Bapak dan Anak bertukar posisi agar tak dibicarakan orang2 lagi. Sekarang sang Bapak naik keledai dan sang Anak berjalan. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Belum jauh lagi mereka melanjutkan perjalanan, terdengar kembali bisik2 orang yg melihat mereka lewat.
"Bapak macam apa itu.. Dirinya sendiri enak2an naik keledai, sementara anaknya dibiarkan berjalan.."

Merasa melakukan kesalahan lagi, mereka berdua berhenti dan berpikir. Lalu mereka memutuskan untuk sama2 menaiki keledai tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan.
Lagi2 orang2 di sekitar mereka protes, "Bapak dan Anak yg tidak punya belas kasihan.. Keledai itu kan terlalu kecil untuk ditunggangi oleh mereka berdua.."

Bapak dan Anak berhenti lagi. Kali ini mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja dan membiarkan keledai mereka tidak ditunggangi. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sambil menuntun keledai itu.
Tapi ternyata yg mereka lakukan masih dianggap salah oleh orang lain.
"Dasar bodoh.. Apa Bapak dan Anak itu tidak tahu kalau keledai diciptakan untuk ditunggangi??"
***

Pilihan apapun yg kita ambil dalam hidup kita, apapun yg kita lakukan, mungkin akan selalu ada orang2 yg menganggap itu salah. Takkan ada habisnya jika kita memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap apa yg kita lakukan, karena orang lain akan selalu menemukan celah. Tak baik pula jika kita hanya memikirkan bagaimana pandangan orang lain tanpa memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap apa yg kita lakukan.
Mungkin tak ada pilihan yg benar, tapi ada pilihan yg bijaksana..
Dan pilihan yang bijaksana adalah yg mendekatkan kita kepada Yang Maha Bijaksana.. :)

dongeng ini sekaligus pembelajaran untuk kita agar berpegang teguh dengan diri dan pendapat pribadi, jangan terlalu mempedulikan pembicaraan orang lain. karena kepala, fikiran dan hati kita pasti berbeda, dan karena perbedaan itu lah maka selalu tidak akan sama dalam hal berpendapat. lebih baik berfikir jernih dan bersih dulu, untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita daripada mendengar atau takut dibicarakan orang lain, sehingga kita mengesampingkan hati dan keadaan kita sendiri.

menjadi yang kau pinta

ini lagunya adrian martadinata - ajari aku

Ajari aku ’tuk bisa
Menjadi yang engkau cinta
Agar ku bisa memiliki rasa
Yang luar biasa untukku dan untukmu

Ku harap engkau mengerti
Akan semua yang ku pinta
Karena kau cahaya hidupku, malamku
‘tuk terangi jalan ku yang berliku

Hanya engkau yang bisa
Hanya engkau yang tahu
Hanya engkau yang mengerti, semua inginku

Mungkinkah semua akan terjadi pada diriku
Hanya engkau yang tahu
Ajari aku ’tuk bisa mencintaimu


ini lagunya chrisye - menjadi yang kau pinta

maafkan aku tak bisa
memahami maksud amarahmu
membaca dan mengerti isi hatimu

aku tahu ku takkan bisa
menjadi seperti yang engkau minta
namun selama nafas berhembus
aku kan mencoba
menjadi seperti yang kau minta


semuanya tentang pengorbanan seorang pria yang mau berubah, yang mau menjadi sosok yang diinginkan oleh wanita yang dipujanya, yang mau merubah sesuatu dalam dirinya agar sang pujaan hati mencintainya.

cinta memang ajaib dan sangat kuat, dapat mengesampingkan keegoisme-an diri dan dapat menjadikan seseorang berubah menjadi orang lain. bahkan sang sangkuriang rela dikutuk demi cintanya, begitupun romeo rela minum racun demi cinta. memang sungguh kuat mu'jizat cinta.



pandanglah ke atas dalam pangetahuan

entah berapa orang yang bilang kalo gwe jago dalam suatu cabang ilmu pengetahuan, kawan kampus, kawan kantor dan lainnya. serasa panas kuping saat mereka mengucapkannya, meskipun sih cuek juga dan sabodo amat. tapi sekilas selalu ada tinggi hati, sombong dan ujub atas pujian mereka. astaghfirullah al-adzim

serasa ilmu tersbut sudah ada dalam genggaman. serasa takabur dengan pekerjaan yang akan sangat mudah ditangani. serasa paling hebat dan jago mengurusi masalah-masalah yang berhubungan dengan bidang tersebut. yaaaaa namanya manusia, mudah sekali tergoda bisikan setan sehingga menjadi orang yang sombong, angkuh dan ujub. astaghfirullah al-adzim

mengapa manusia selalu memandang ke bawah dalam hal ilmu pengetahuan? sehingga seringkali menjadi sombong, angkuh dan ujub. padahal tahu kah bahwa ilmu yang dimilki semua manusia di muka bumi ini hanya seperti setetes air yang jatuh dari ujung jarum, sedangkan ilmunya Tuhan seperti luasnya lautan.

sampai suatu waktu saya dipanggil oleh seorang petugas pemerintah yang hendak berkenalan dengan saya mewakili perusahaan. seperti biasa, dalam hati ada rasa waswas sedikit (maklum dipanggil orang pemerintah, siapa sih yang gak waswas hehehe). sedikit2 suasana mulai mencair, sudah akrab pikirku dengan si Bapak ini. namun semakin banyak kami berbicara, semakin banyak juga ilmu yang ternyata belum saya kuasai. undang-undang terbaru yang memang saya tahu judulnya namun belum mengerti isinya. wah wah ternyata masih sedikit ilmu yang saya miliki. bahkan untuk makna undang-undang pun tidak terlalu faham. astaghfirullah al-adzim.

terima kasih ya Tuhan, atas waktu yang telah diberikan kepadaku. atas sentilan kecil yang telah diberikan kepadaku. sungguh bermakna sekali bahwa ilmu pengetahuan itu amat sangat banyak banget pisan lah. tidak lah pantas kita mengagungkan diri sendiri hanya karena jago dalam hal tertentu. karena diatas awan ada langit dan diatas genteng ada awan ( hehehe ngaco juga perumpamaannya).

mari kita menjadi manusia yang selalu haus akan ilmu, ilmu apapun, bagaimanapun kapanpun, dan selalu lah memandang ke atas agar kita dapat selalu sadar bahwa ilmu kita belum ada tandingannya dengan ilmu Tuhan.

Tafakur dari 'keringat' dan 'angin'

Di hari-hari yang lalu, saat ku memulai aktifitas rutinku. ya...berjalan kaki dari rumah kosku memang tidak seberapa jauh menuju gedung tempatku mencari nafkah. biasanya aku merasa gerah dan sangat terganggu dengan cucuran keringat yang membasahi wajah dan kerah bajuku. hughhh...kuseka dan kuseka lagi. ketika semangatnya ku mengangkat barbel di tempat fitness ku, dia mengucur dengan derasnya. kadang menghalangi mata dan pandanganku. sering ku menggerutu dalam hati "huuuuggghhhh.....".

saat perut kembung karena masuk angin, kadang kita berhati-hati dan malu jika angin yang ada di dalam tubuh itu keluar. merahlah muka kita jika hal tersebut terjadi disaat kita berada di dalam kelompok orang ramai. hughhhhh, kalo tidak pura-pura tidak tahu, atau cuek bebek sambil berjalan meninggalkan kerumunan orang tersebut. sungguh sangat memalukan....

sungguh Tuhan maha tahu atas apa yang ada dalam hati makhluknya. Dia sangat berkuasa membalikkan keadaan dan dia berkuasa menentukan apa yang terjadi pada kita.

beberapa hari kemarin, saat ku merasakan sukarnya menikmati hidup. saat perasaanku anjlok seperti kereta yang melewati jalur yang sudah rusak. saat semangat berada diujung titik nadir, dan saat ke-parno-an mendera. rasanya sungguh tidak enak. hanya karena fisik yang melenceng, rohani pun ikut down abiss. keringat yang di waktu dulu terasa hangat berubah menjadi dingin dalam butiran-butiran yang amat tidak enak dirasakan di kulitku. angin di perutku pun rasanya betah sekali berada di dalamnya, sekuat tenaga ku berusaha agar dia keluar. namun sangatlah susah untuk mengeluarkannya. Padahal di hari kemarin, 360 derajat perlakuanku terhadap mereka.

pagi ini, keringat itu mulai menetes lagi di pelupuk mataku. mulai menempel di badanku. tepat saat ku memulai aktifitas rutinku di pagi ini. tak tahu mengapa, keringat yang di hari lalu menggangguku, kini menjadi sangat nikmat. sungguh ku bersyukur bisa merasakan kembali nikmatnya tetesan keringat tersebut. memang angin masih sangatlah betah berada dalam perut buncitku. namun tidak seberapa sukar seperti di hari-hari kemarin.

Kawan....bisa kah kita belajar dari semua kejadian ini? sesuatu yang dahulu tidak kita gubris bahkan kita sangat tidak mengharapkannya, bisa menjadi sangat berharga di lain waktu. marilah kita menjadi makhluk Tuhan yang bersyukur, dan selalu bertafakur atas segala kejadian.

ujian adalah kasih sayang Tuhan

kasih tercintaku yang amat sangat kucintai
terima kasih karena selama ini kau telah mengisi hari2ku
dengan senyum indah meskipun kadang dengan tekukan muka bete-mu
terima kasih karena selama ini engkau telah memperhatikanku dengan sangat bijaksana
maafkan jika aku tidak selalu seperti yang kau inginkan

ayah bunda terhormat
dan juga saudara2 terkasihku
terima kasih karena semasa usiaku kalian telah rela menjagaku
dan memperhatikanku untuk menjadi manusia berguna
dan manusia bertakwa kepada Tuhanku

sahabat, kawan dan orang2 yang menyayangiku
sungguh banyak ungkapan terima kasih yang ingin aku berikan kepada kalian
karena kalian telah menemani kehidupanku
dalam suka dan duka tentunya
maafkan atas segala kelakuanku yang telah melukaimu
sehingga ada dendam yang tak hilang di hatimu

Tuhan....
terima kasih karena Engkau telah memberikan kesempatan kepadaku
untuk merasakan indahnya kasih sayang dan persahabatan
untuk menikmati indahnya alam ciptaanMu
untuk merasakan sejuknya berdoa dan beribadah kepadaMu

Tuhan....
aku harap Engkau mau menerima taubatku
dan memaafkan atas segala kesalahanku
yang tidak tahu malu kepadaMu

Tuhan....
janganlah pernah pergi dariku lagi
tetaplah bersarang di urat nadiku
dan mengalir di desiran darah merahku
dan tetap tersenyum menyambutku
kembali kepadaMu



ku baca catatan facebook dari seorang kawanku pagi ini. sungguh hatiku begidik kencang, seolah darahku berhenti dan berganti dengan cucuran keringat tiada henti. entah mengapa kawanku tiba2 menulis catatan tersebut. bila kuingat2, kemarin2 dia nampak sehat2 saja. sungguh aku malah berkaca pada diriku saat ini.

apakah aku telah menjadi mahluk Tuhan yang bersyukur? sungguh jauh sekali aku telah meninggalkan pesan2Mu Tuhan. aku sudah amat jauh berbelok dari ajaranMu. maafkan aku ya Tuhan...hambaMu ini serasa hina sekali memohon maaf padaMu. namun hamba percaya, bahwa Engkau amatlah sangat penyayang dan pemaaf. terima kasih atas segala keberkahan dan kasih sayang yang telah Engkau berikan kepadaku.

kadang disaat manusia sedang diuji, disaat itu pula dia teringat Tuhannya. terasa bahwa ajal akan segera menghampirinya. disaat sakit, dia teringat betapa Tuhan maha sayang karena telah memberikan kesehatan di hari2 kemarin. dan karena ke-tidak bersykur-annya lah dia menjadi tidak sehat saat ini.

disaat banyak sekali masalah yang menghadang, disaat itu pula dia teringat akan keagungan Tuhan. tak ada daya upaya yang dimiliki manusia. sekuat apapun tenaga dan otak berputar, tanpa adanya izin dari Tuhan, maka masalah tersebut tak dapat terselesaikan.

patutlah kita selalu teringat Tuhan..bukan hanya dalam duka yang menyiksa namun juga dalam suka yang membahagia. sehingga apapun yang sedang kita nikmati, terasa biasa saja karena kita selalu ingat bahwa apapun yang terjadi pasti sudah ditakdirkan Tuhan, kita hanya tinggal melakukan dan menikmatinya saja.


sungguh tak bisa ku berpaling darimu

kadang tatkala kekesalan menerpaku, ingin rasanya ku mencoretmu dari daftar panjang nama kawanku. benci, kesal dan dendam aku padamu. rasanya tega banget kamu melakukan itu padaku. membuatku kesepian, sendirian dan hanya termenung sedih. sedangkan kamu ber-hahaha hihihi dengan kawanmu yang lain.

tak ingatkah kamu, kita sering melewati masa indah bersama. mulai makan di pinggir jalan yang becek sampai restoran mahal yang menguras kocek. mulai nongkrong di ramainya lalu lalang kota sampai di heningnya arus sungai desa. mulai dari hiruk pikuknya dunia malam yang kelam sampai merdunya tabligh akbar yang menggetarkan hati. sungguh membuat ku terhanyut dalam lamunan indah. kita pernah melewatinya, dan kuharap tak hanya untuk menoleh ke belakang namun juga tetap dapat ku tatap di masa depan.

tak ingatkah kamu, kita pernah melewati masa sulit bersama. mulai dari susahnya mengerjakan tugas, ujian bahkan menghadapi dosen2 yang alamak sulit kali mengerti kita sebagai mahasiswa kacangan (ups....maksudnya eksekutif). mulai dari ribut sama mahasiswa fakultas lain yang sok gak banget, sampe ribut antara kita bersama. mulai dari masalah finansial, sampai urusan hati dan pasangan kita yang ngepek ke hubungan perkawanan kita, sampai akhirnya kita harus ribut juga.

boleh saja waktu kemarin aku sangat benci dan bete banget padamu. kesal karena kau bahagia diatas kekecewaanku.

kawan....andaikan sekarang aku bukan berada di tempat kerjaku, sambil mendengarkan lantunan lagu-lagu patah hati band-band lokal atau merdunya penyanyi-penyanyi solo dalam negeri, aku pasti sudah menitikkan air mata. meskipun gambling juga, alasan ku menitikkan air mata. entah karena tangis bahagia atau sedih karena kisah perkawanan kita. atau karena alunan nada yang sangat menyentuh hati itu.

apapun itu, aku sekarang percaya. bahwa hatiku sudah tertambat padamu. kawan seperjuangan, yang susah dan senang sering melewati bersama. ku harap kamu pun merasakannya. agar kisah kita tak hanya dapat dilihat dengan cara menolehkan pandangan ke belakang, namun juga dapat terus menatap tajam penuh senyum ke depan.

sungguh tak bisa berpaling darimu

Sepi dan Kosong

dari semenjak pulang kantor tadi, ku mendengar gurauan si mbok yang sedang menyetrika pakaian kawan kos ku yang lain. "si aa mah betah sendirian terus ya, jarang banget kumpul2". aku berlalu begitu saja sambil melemparkan senyum yang sebenarnya amat sangat jelas bahwa senyumku sedikit dipaksakan. aku bergegas naik ke lantai tiga dan segera masuk ke istana kebanggaanku. yaaa untuk anak sekelasku, punya kamar kos seperti ini sudah membuat bahagia.

entah itu ungkapan yang ke berapa kalinya dari setiap orang yang kenal denganku atas perilaku ku yang sangat senang menyendiri.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

baju koko nan wangi lengkap dengan sarungnya masih ku kenakan, selepas tarawih dari masjid sekitar rumah seperti biasa aku langsung menuju kamar kosku.

entah berkurang atau tidaknya pahala tarawihku tadi, sepertinya kurang khusu. dalam suasana takjubnya beribadah, desir darahku seakan berhenti dan menerawang sedih. ingin rasanya mataku mengaliri wajahku, namun ada rasa tak nyaman dengan jamaah lainnya. nafasku sesekali kutarik sedalamnya, sambil menapaki jejak kesedihanku.

Tuhan...hamba ini sungguh sangat kesepian ternyata. sudah jauh berkelana meninggalkanmu, dan seakan berpura-pura bahagia menikmati kesendirianku tanpa cintamu. terima kasih karena malam ini, Engkau telah memberikan rasa ini kembali padaku. sehingga hamba menjadi sangat membutuhkanmu lagi. belaian kasih sayangmu dan senyum indahmu yang sebenarnya tanpa ku pedulikan kemarin-kemarin, selalu menemaniku. terima kasih Tuhanku.

Kamar ber-cat ungu yang baru selesai di cat ulang kemarin minggu tampak bermuram menerima kedatanganku dari mesjid malam ini. dingin nya AC dan sedikit pengharum ruanganpun seakan enggan menyapaku saat ini. ruangan yang selalu ku anggap kerajaan istimewaku, mengapa saat ini seakan menjadi pemakaman umum bagiku. sepi dan kosong...

ucapan si mbok di bawah tadi malah kembali terngiang di fikiranku. ku teringat ternyata diriku memang penyendiri sejati. entahlah...mengapa dalam kesendirianku kali ini terasa sangat menyakitkan hatiku ? apakah ini teguran dan petunjuk dari Tuhan bahwa aku memang harus segera hidup dalam suatu rumah tangga?

dalam kekosongan sedih hatiku, tak hentinya aku menyesali semua kejahatanku. ku ingat banyak orang yang telah kecewa, benci, dendam dan meninggalkanku. ternyata aku masih belum sempurna untuk membahagiakan orang-orang di sekitarku

sayangku, maafkanlah diriku. yang terlampau egois menikmati segalanya dalam kesendirian, tidak hanya dalam senyum bahagia namun tangis dukapun tak setitik ku bagikan denganmu. padahal kau telah mencurahkan segala hatimu padaku. maafkan sikap tertutupku yang terlampau mengecewakan hatimu, yang kadang tak pernah bisa menerima saran kritikmu untuk selalu berbagi denganmu. sungguh tak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubahku. terima kasih karena kau selalu sabar dan bijaksana dalam menghadapi keegoisan kekasihmu ini.

keluarga tercintaku, maafkanlah diriku. yang terlampau congkak bergaul denganmu. seakan menjadi raja dalam singgasana ayah bunda kita. maafkanlah diriku yang kadang tidak dapat membantu disaat kalian sangat butuh perhatianku. maafkanlah aku yang kadang lebih mempedulikan urusan pribadi daripada sekedar menengok dan bertanya kabar kalian. terima kasih karena kalian selalu sayang padaku, ayah bunda dan saudaraku yang selalu membantu ku.

sahabat dan orang - orang tersayangku, maafkan diriku yang selalu congkak dalam segala tindakan dalam pergaulan kita. yang selalu merasa benar dan tak pernah mau menerima atas sedikit kesalahan yang telah kalian lakukan. maafkan karena aku tak dapat menerima kebahagiaan yang kalian berikan padaku dengan ikhlas. beginilah aku. keegoisan dan kesombongan diri telah membuatku menjadi congkak dan seenaknya mempermainkan keikhlasan kalian.

sungguh sepinya ruangan ini tak dapat mengalahkan kekosongan hatiku. serasa tak bergunanya aku menjadi manusia yang sebenarnya adalah makhluk sosial. nafasku terasa sejalan dengan suara detik jam bahkan lebih lambat persekian sekon.

bila ku teringat satu persatu sahabatku meninggalkanku, rasanya inginku bersujud padaMu ya Tuhan agar mereka kembali mengikatkan ukhuwah denganku. bila ku ingat kesedihan dan kemarahan orang-orang tersayangku, ingin rasanya ku berserah diri padaMu ya Tuhan hanya agar aku menjadi manusia yang dapat membuat mereka selalu tersenyum dan bahagia.

dalam kesendirianku ini, aku selalu berfikir. berapa orang yang peduli denganku? berapa orang yang memperhatikanku? kadang ku buka hp untuk mengecek, ada berapa orang yang sms, call, bbm, ym, fb, untuk sekedar basa-basi denganku. rasanya jumlah jari tanganku ini masih banyak dibandingkan dengan mereka. aku tak pernah menyalahkan mereka, tapi aku selalu menangisi perilaku burukku. karena aku memang tak ada dalam hati mereka.

kosongnya hatiku telah menyadarkanku akan pentingnya mereka semua bagiku. mereka telah ikhlas menyayangiku, namun yang kulakukan hanya keegoisan dan kecongkakan. hingga akhirnya aku merasakan juga , kesepian yang sangat mengiris hatiku saat ini. namun yang amat sangat menyiksaku, jika Engkaupun berpaling dariku ya Tuhan.....

sungguh hamba tak tahan akan keadaan ini, terima kasih karena Engkau telah menyelimuti hatiku lagi

Renungan si Kaya dan si Miskin

Mengapa kita sebagai manusia mengenal si kaya dan si miskin? Mengapa juga kita tak bisa adil bersikap kepada mereka? atas pengamatan, pengalaman dan observasi, mari kita merenung dan memikirkan sikap kita selanjutnya

Saat ada seorang kaya yang kita kenal, ada rasa bangga dan aman banget punya kenalan dia. Serasa langsung kita nobatkan dia menjadi keluarga dekat, kawan sejati, raja diraja. Apapun kita lakukan agar dia senang

Kadang kita hanya mau menumpang hati saja, menitipkan rasa bangga karena bisa dekat dengannya. Kadang juga ada terbesit bisikan jahat, agar kita ikut menikmati kekayaan yang dipunyainya. Apalah itu akhirnya niat kita. Semua ucapannya serasa berharga, meskipun hanya basa basi saja. Sungguh bangga sekali bisa mendekati dan bergaul dengannya.

Namun, coba anda renungkan timbal baliknya pada kita. Disaat kita datang bersilaturahmi padanya, mukanya cuek saja seakan tidak merasa bahagia atas kedatangan kita, padahal kita seakan mengharap sinar di wajahnya. Mungkin saja dia memberikan senyum, namun lihatlah lebih dalam jika senyumnya tersebut terasa dipaksakan alias tidak ikhlas. Disaat kita meminta bantuan padanya, mungkin saja dia cuek juga. Atau mungkin dia membantu, namun coba anda lihat lebih dalam sikapnya, apakah dicampur dengan gerutuan? atau ledekan/becandaan? atau hanya diam tanpa ekspresi?

Sekarang kita tengok dengan si miskin. Ketika kita kenal dengan seorang miskin. Seakan tidak sedikitpun rasa bangga kenal dengannya. Malah kadang2 kita hanya berniat untuk memanfaatkannya saja. Dia akan kita ingat, jika kita memang membutuhkan bantuannya saja, selebihnya....tak terbesitpun namanya di hati kita.

Namun, coba anda renungkan timbal baliknya pada kita. Disaat kita datang bersilaturahmi padanya (entah ikhlas niatnya, atau sekedar mampir saja), mukanya amat sangat berseri menyambut kedatangan kita, terpancar raut bahagia pada wajahnya bahkan juga keluarganya. sungguh sangat indah dipandang mata, meskipun kadang kita tidak memperhatikan kebahagiaan itu. Disaat kita membutuhkannya, dia seakan amat sangat bangga dan bersemangat membantu kita. Namun keegoisan kita kadang berburuk sangka, seakan2 dia membantu kita karena ada maksud di dalamnya. Padahal terkadang dia ikhlas karena menjadi suatu kebahagiaan baginya membantu kita.

Sahabatku, renungan ini bukannya mengangkat perbedaan mencolok yang ada di sekitar kita. Saya sering sekali berfikir atas semua kejadian ini. Karena mungkin anda adalah salah satu kawan saya yang saya masud 'Si Kaya atau Si Miskin'. Bukan juga terlalu mengangkat atau menghina sahabat2ku. istilah2 tersebut hanya sebagai garis batas yang amat sangat jelas perbedaanya. Kaya disini bukan berarti konglomerat / keraton / presiden yang amat dihormati , namun miskin pun bukan berarti gelandangan yang amat sangat terhina. Sungguh kita bisa tengok ke dalam hati kita, ada di posisi mana sekarang?

Apapun posisi kita, mari kita renungkan sejenak.

Saat kita berada di posisi 'si kaya' apakah kita berlaku seperti tokoh di atas? yang cuek bebek dan tidak sedikitpun memperhatikan orang2 di sekitar kita yang selalu senyum dan baik mambantu segala kebutuhan kita. bahkan karena kita sudah menganggap dialah 'si miskin' itu, kita jadi amat sangat bangga dengan diri sendiri yang sebenarnya kita sama dengan mereka. segala kepunyaan kita hanyalah milik Tuhan yang diamanatkan kepada kita.

Saat kita berada di posisi 'si miskin' apakah kita juga terlalu berharap banyak pada 'si kaya'? seolah2 menjadi suatu kebahagiaan tersendiri atas hubungan kita dengannya. Padahal jika kita merenung dan memperhatikan sikapnya pada kita, bagaimana hati anda mencernanya? mungkin 'kemiskinan' yang kita alami telah menutup mata hati kita untuk melihatnya lebih dalam.

Apapun posisi kita saat ini, dan apapun posisi kawan kita saat ini. Marilah sama-sama kita merenung, sikap apa yang harus kita tempuh. dan 'tokoh' mana yang pertama kali kita kunjungi untuk bersilaturahmi? saya yakin anda sudah menemukan jawabannya. Sungguh doa 'si miskin' dan raut wajah kebahagiaan padanya akan sangat menyejukan hati kita.

Mari kita tata hati kita dalam bersilaturahmi dan bersosialisasi. Di saat kita jadi 'si miskin' atau 'si kaya'