Selasa, 16 Februari 2010

kaya hati tentramkan jiwa (bag.1)

wah...tak terasa sudah belasan tahun gak ke gedung ini. yaa semenjak kelulusan STM dulu, aku memang tidak pernah menginjakkan kakiku kesini lagi. kalo saja aku tidak membaca baliho besar di tengah kota tentang reuni STM-ku ini, mungkin aku tidak ada niat untuk kembali kesini dan mengenang sedikit-sedikit kenanganku dulu saat aku dan kawan2 memakai seragam putih abu-abu.

nampak lain bangunan nya, cat nya sudah nampak cerah tidak sekelam dahulu. kuperhatikan satu-persatu para tamu yang juga duduk di tempat yang sudah disediakan peserta. ada beberapa orang yang kukenal, bahkan guru2 terhormat yang dulu dengan ikhlas mendidik kami. sungguh mulia wahai para guru, maka itu akupun bertekad akan menjadi guru yang baik pula.

'ujang...apa kabar lu' aku dikejutkan oleh sebuah suara sambil menepuk pundakku
kuperhatikan dengan seksama, siapa gerangan pria yang menepuk bahuku, ternyata dia adalah radit kawan ku dahulu.
'wahhh radit...lama pisan gak ketemu euy'

kami bergabung dengan kawan2 lainnya, mengenang, berbincang dan membuka foto2 masa lalu. sungguh sangat seru dan mengharukan. khususnya radit, kawan lamaku yang seorang anak orang kaya.

raditya hidayat, dia adalah kawanku dahulu. kami 1 tahun bersama di kelas 3, dia sangat dekat denganku dulu. dia adalah satu2nya siswa yang diantarkan mobil ke sekolah saat itu. orangnya lumayan pintar juga, karena selain belajar di sekolah, dia juga ada les privat dan kursus macam2. begitulah kehidupannya yang kuingat dahulu, sungguh sangat berlebihan dan wah menurutku saat itu. meskipun ada satu yang kurang bagiku, bahwa keluarganya tidak seharmonis keluarga sederhanaku.

'bagaimana kehidupanmu dit, sepertinya kau sangat sibuk sampai mukamu terlihat capek dan layu?' tanyaku padanya

untuk beberapa saat dia berdiam dan menarik nafas kemudian menjawab pertanyaan yang sedari pagi tadi ingin kusampaikan

'memang hidupku sangat sibuk, pekerjaan, keluarga dan semua urusan keduniaan telah membuatku pusing. sebagai seorang direktur, aku harus menangani semua urusan dan pekerjaan bawahanku. kadang aku tidak kuat dan gampang sekali emosi, sehingga banyak karyawan yang aku pecat jika aku badmood. keluargaku tidak kalah sibuknya. urusan istriku, sekolah anakku, bahkan sampai orang tuaku. rasanya aku tidak kuat memikirkan segala sesuatunya. aku tidak mau perusahaanku rugi sedikitpun, maka itu aku jadi terlalu agresif dan teliti sehingga membuat fikiranku pusing. aku tidak mau anak dan istriku kekurangan, maka itu aku beri mereka kemewahan, namun ternyata mereka malah tidak suka dengan sikapku itu. rasanya aku ingin kembali ke masa sekolah dulu, dimana hanya pelajaran saja yg difikirkan'

kulihat mimik mukanya sangat kecut dan lelah, entahlah apakah sebegitu besar fikiran yang menggerogoti kehidupannya?

hatiku bertanya2, mengapa orang kaya tapi tidak bahagia? padahal dulu aku ingin sekali berada di posisinya, menikmati semua fasilitas yang dia nikmati. maklumlah bapakku hanya seorang guru sekolah dasar, dengan penghasilan pas2an dan rumah yang sederhana kami biasa hidup seadanya.

'kamu bagaimana jang? kamu nampak senang dengan kehidupanmu, apakah kamu sudah punya usaha sekarang?' tanya dia

dengan sedikit rasa malu, kuberanikan diri untuk menceritakan kisahku pada sahabatku ini.

'aku sekarang adalah seorang guru pada sebuah SLB setingkat SD, kehidupanku masih sama seperti dulu. hidup sederhana terkadang kekurangan. beruntung dulu aku mendapat beasiswa dan bisa banting stir dari STM menjadi guru SLB. aku tidak mempunyai usaha lain selain mengajar. hanya saja aku ada sepetak tanah kecil di pinggir rumah yang kutanami tanaman obat. lumayan bisa membantu tetangga yang sakit, maka dari itu alhamdulillah aku tahu kegunaan tanaman2 tersebut. aku selalu bersyukur dengan kehidupan sederhanaku, bahkan disaat gaji guru telat turun dari pemerintah, disaat harga beras naik dan kami harus makan sehari sekali, aku akan selalu bersyukur. aku sangat senang jika aku dapat membantu siapapun, keluarga, tetangga bahkan orang yang tak kukenal sekalipun'

'aku biasa makan apa adanya, namun terkadang aku diundang oleh keluarga istriku ke restoran. maklumlah istriku adalah anak orang kaya yang mau menikah dan hidup dengan orang miskin sepertiku. beruntung, keluarganya amat baik dan menghoramti keputusannya. kami terbiasa hidup kekurangan, namun kami tidak norak saat kami dihadapkan pada kemewahan'

'terkadang kakak iparku atau mertuaku berniat memberikan kami ini dan itu, namun kami selalu menolaknya. karena kami sangat berbahagia dengan kekurangan yang melekat pada diri kami. terkadang disaat tetanggaku memerlukan bantuan dana, aku akan sangat rela mencari pinjaman untuk keberikan padanya. sehingga dia tidak susah mempunyai hutang, dan kami yang akan membayar hutangnya tersebut pada suatu saat. meskipun untuk itu kami harus pinjam sana pinjam sini untuk membantu tetangga tersebut. meskipun kelakuan kami yang satu ini sering mendapat kritikan dari saudaraku yang lain. karena mereka fikir bahwa keluarga kami lah yang harusnya dibantu, namun kami tetap membantu'

'begitulah, kehidupanku amat sangat sederhana namun kami bahagia. kami tidak terlalu pusing dengan kemewahanan dan kesempurnaan, kami juga tidak pernah takut akan kekurangan dan kesedihan. yang kami lakukan adalah hidup apa adanya dan membantu orang lain. tak peduli kami sakit, susah, sedih, kami tetap membantu dan membantu. sehingga orang yang kami bantu akan bahagia dan itulah kebahagiaan yang sesungguhnya bagi kami'

begitulah dalam acara reunian tersebut, kami banyak bercerita tentang kehidupan masing-masing. ternyata kaya jasmani tidak menjamin kebahagiaan seseorang dan kaya hati akan menjadikan seorang bahagia apapun keadaannya.

dia mengantarkanku pulang ke rumahku yang sangat sederhana, namun entah mengapa betah sekali dia di rumahku? padahal di kota sana...rumahnya jauh lebih besar dan lebih bagus dari rumahku. radit berjanji akan sering2 main mengajak keluarganya ke rumah sederhana kami. rumah yang penuh dengan keikhlasan dan kebahagiaan.

(terisnpirasi dari seorang sahabat yang sangat baik hati)