Senin, 07 Desember 2009

Renungan si Kaya dan si Miskin

Mengapa kita sebagai manusia mengenal si kaya dan si miskin? Mengapa juga kita tak bisa adil bersikap kepada mereka? atas pengamatan, pengalaman dan observasi, mari kita merenung dan memikirkan sikap kita selanjutnya

Saat ada seorang kaya yang kita kenal, ada rasa bangga dan aman banget punya kenalan dia. Serasa langsung kita nobatkan dia menjadi keluarga dekat, kawan sejati, raja diraja. Apapun kita lakukan agar dia senang

Kadang kita hanya mau menumpang hati saja, menitipkan rasa bangga karena bisa dekat dengannya. Kadang juga ada terbesit bisikan jahat, agar kita ikut menikmati kekayaan yang dipunyainya. Apalah itu akhirnya niat kita. Semua ucapannya serasa berharga, meskipun hanya basa basi saja. Sungguh bangga sekali bisa mendekati dan bergaul dengannya.

Namun, coba anda renungkan timbal baliknya pada kita. Disaat kita datang bersilaturahmi padanya, mukanya cuek saja seakan tidak merasa bahagia atas kedatangan kita, padahal kita seakan mengharap sinar di wajahnya. Mungkin saja dia memberikan senyum, namun lihatlah lebih dalam jika senyumnya tersebut terasa dipaksakan alias tidak ikhlas. Disaat kita meminta bantuan padanya, mungkin saja dia cuek juga. Atau mungkin dia membantu, namun coba anda lihat lebih dalam sikapnya, apakah dicampur dengan gerutuan? atau ledekan/becandaan? atau hanya diam tanpa ekspresi?

Sekarang kita tengok dengan si miskin. Ketika kita kenal dengan seorang miskin. Seakan tidak sedikitpun rasa bangga kenal dengannya. Malah kadang2 kita hanya berniat untuk memanfaatkannya saja. Dia akan kita ingat, jika kita memang membutuhkan bantuannya saja, selebihnya....tak terbesitpun namanya di hati kita.

Namun, coba anda renungkan timbal baliknya pada kita. Disaat kita datang bersilaturahmi padanya (entah ikhlas niatnya, atau sekedar mampir saja), mukanya amat sangat berseri menyambut kedatangan kita, terpancar raut bahagia pada wajahnya bahkan juga keluarganya. sungguh sangat indah dipandang mata, meskipun kadang kita tidak memperhatikan kebahagiaan itu. Disaat kita membutuhkannya, dia seakan amat sangat bangga dan bersemangat membantu kita. Namun keegoisan kita kadang berburuk sangka, seakan2 dia membantu kita karena ada maksud di dalamnya. Padahal terkadang dia ikhlas karena menjadi suatu kebahagiaan baginya membantu kita.

Sahabatku, renungan ini bukannya mengangkat perbedaan mencolok yang ada di sekitar kita. Saya sering sekali berfikir atas semua kejadian ini. Karena mungkin anda adalah salah satu kawan saya yang saya masud 'Si Kaya atau Si Miskin'. Bukan juga terlalu mengangkat atau menghina sahabat2ku. istilah2 tersebut hanya sebagai garis batas yang amat sangat jelas perbedaanya. Kaya disini bukan berarti konglomerat / keraton / presiden yang amat dihormati , namun miskin pun bukan berarti gelandangan yang amat sangat terhina. Sungguh kita bisa tengok ke dalam hati kita, ada di posisi mana sekarang?

Apapun posisi kita, mari kita renungkan sejenak.

Saat kita berada di posisi 'si kaya' apakah kita berlaku seperti tokoh di atas? yang cuek bebek dan tidak sedikitpun memperhatikan orang2 di sekitar kita yang selalu senyum dan baik mambantu segala kebutuhan kita. bahkan karena kita sudah menganggap dialah 'si miskin' itu, kita jadi amat sangat bangga dengan diri sendiri yang sebenarnya kita sama dengan mereka. segala kepunyaan kita hanyalah milik Tuhan yang diamanatkan kepada kita.

Saat kita berada di posisi 'si miskin' apakah kita juga terlalu berharap banyak pada 'si kaya'? seolah2 menjadi suatu kebahagiaan tersendiri atas hubungan kita dengannya. Padahal jika kita merenung dan memperhatikan sikapnya pada kita, bagaimana hati anda mencernanya? mungkin 'kemiskinan' yang kita alami telah menutup mata hati kita untuk melihatnya lebih dalam.

Apapun posisi kita saat ini, dan apapun posisi kawan kita saat ini. Marilah sama-sama kita merenung, sikap apa yang harus kita tempuh. dan 'tokoh' mana yang pertama kali kita kunjungi untuk bersilaturahmi? saya yakin anda sudah menemukan jawabannya. Sungguh doa 'si miskin' dan raut wajah kebahagiaan padanya akan sangat menyejukan hati kita.

Mari kita tata hati kita dalam bersilaturahmi dan bersosialisasi. Di saat kita jadi 'si miskin' atau 'si kaya'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar