Senin, 07 Desember 2009

Sepi dan Kosong

dari semenjak pulang kantor tadi, ku mendengar gurauan si mbok yang sedang menyetrika pakaian kawan kos ku yang lain. "si aa mah betah sendirian terus ya, jarang banget kumpul2". aku berlalu begitu saja sambil melemparkan senyum yang sebenarnya amat sangat jelas bahwa senyumku sedikit dipaksakan. aku bergegas naik ke lantai tiga dan segera masuk ke istana kebanggaanku. yaaa untuk anak sekelasku, punya kamar kos seperti ini sudah membuat bahagia.

entah itu ungkapan yang ke berapa kalinya dari setiap orang yang kenal denganku atas perilaku ku yang sangat senang menyendiri.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

baju koko nan wangi lengkap dengan sarungnya masih ku kenakan, selepas tarawih dari masjid sekitar rumah seperti biasa aku langsung menuju kamar kosku.

entah berkurang atau tidaknya pahala tarawihku tadi, sepertinya kurang khusu. dalam suasana takjubnya beribadah, desir darahku seakan berhenti dan menerawang sedih. ingin rasanya mataku mengaliri wajahku, namun ada rasa tak nyaman dengan jamaah lainnya. nafasku sesekali kutarik sedalamnya, sambil menapaki jejak kesedihanku.

Tuhan...hamba ini sungguh sangat kesepian ternyata. sudah jauh berkelana meninggalkanmu, dan seakan berpura-pura bahagia menikmati kesendirianku tanpa cintamu. terima kasih karena malam ini, Engkau telah memberikan rasa ini kembali padaku. sehingga hamba menjadi sangat membutuhkanmu lagi. belaian kasih sayangmu dan senyum indahmu yang sebenarnya tanpa ku pedulikan kemarin-kemarin, selalu menemaniku. terima kasih Tuhanku.

Kamar ber-cat ungu yang baru selesai di cat ulang kemarin minggu tampak bermuram menerima kedatanganku dari mesjid malam ini. dingin nya AC dan sedikit pengharum ruanganpun seakan enggan menyapaku saat ini. ruangan yang selalu ku anggap kerajaan istimewaku, mengapa saat ini seakan menjadi pemakaman umum bagiku. sepi dan kosong...

ucapan si mbok di bawah tadi malah kembali terngiang di fikiranku. ku teringat ternyata diriku memang penyendiri sejati. entahlah...mengapa dalam kesendirianku kali ini terasa sangat menyakitkan hatiku ? apakah ini teguran dan petunjuk dari Tuhan bahwa aku memang harus segera hidup dalam suatu rumah tangga?

dalam kekosongan sedih hatiku, tak hentinya aku menyesali semua kejahatanku. ku ingat banyak orang yang telah kecewa, benci, dendam dan meninggalkanku. ternyata aku masih belum sempurna untuk membahagiakan orang-orang di sekitarku

sayangku, maafkanlah diriku. yang terlampau egois menikmati segalanya dalam kesendirian, tidak hanya dalam senyum bahagia namun tangis dukapun tak setitik ku bagikan denganmu. padahal kau telah mencurahkan segala hatimu padaku. maafkan sikap tertutupku yang terlampau mengecewakan hatimu, yang kadang tak pernah bisa menerima saran kritikmu untuk selalu berbagi denganmu. sungguh tak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubahku. terima kasih karena kau selalu sabar dan bijaksana dalam menghadapi keegoisan kekasihmu ini.

keluarga tercintaku, maafkanlah diriku. yang terlampau congkak bergaul denganmu. seakan menjadi raja dalam singgasana ayah bunda kita. maafkanlah diriku yang kadang tidak dapat membantu disaat kalian sangat butuh perhatianku. maafkanlah aku yang kadang lebih mempedulikan urusan pribadi daripada sekedar menengok dan bertanya kabar kalian. terima kasih karena kalian selalu sayang padaku, ayah bunda dan saudaraku yang selalu membantu ku.

sahabat dan orang - orang tersayangku, maafkan diriku yang selalu congkak dalam segala tindakan dalam pergaulan kita. yang selalu merasa benar dan tak pernah mau menerima atas sedikit kesalahan yang telah kalian lakukan. maafkan karena aku tak dapat menerima kebahagiaan yang kalian berikan padaku dengan ikhlas. beginilah aku. keegoisan dan kesombongan diri telah membuatku menjadi congkak dan seenaknya mempermainkan keikhlasan kalian.

sungguh sepinya ruangan ini tak dapat mengalahkan kekosongan hatiku. serasa tak bergunanya aku menjadi manusia yang sebenarnya adalah makhluk sosial. nafasku terasa sejalan dengan suara detik jam bahkan lebih lambat persekian sekon.

bila ku teringat satu persatu sahabatku meninggalkanku, rasanya inginku bersujud padaMu ya Tuhan agar mereka kembali mengikatkan ukhuwah denganku. bila ku ingat kesedihan dan kemarahan orang-orang tersayangku, ingin rasanya ku berserah diri padaMu ya Tuhan hanya agar aku menjadi manusia yang dapat membuat mereka selalu tersenyum dan bahagia.

dalam kesendirianku ini, aku selalu berfikir. berapa orang yang peduli denganku? berapa orang yang memperhatikanku? kadang ku buka hp untuk mengecek, ada berapa orang yang sms, call, bbm, ym, fb, untuk sekedar basa-basi denganku. rasanya jumlah jari tanganku ini masih banyak dibandingkan dengan mereka. aku tak pernah menyalahkan mereka, tapi aku selalu menangisi perilaku burukku. karena aku memang tak ada dalam hati mereka.

kosongnya hatiku telah menyadarkanku akan pentingnya mereka semua bagiku. mereka telah ikhlas menyayangiku, namun yang kulakukan hanya keegoisan dan kecongkakan. hingga akhirnya aku merasakan juga , kesepian yang sangat mengiris hatiku saat ini. namun yang amat sangat menyiksaku, jika Engkaupun berpaling dariku ya Tuhan.....

sungguh hamba tak tahan akan keadaan ini, terima kasih karena Engkau telah menyelimuti hatiku lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar