Senin, 07 Desember 2009

Tafakur dari 'keringat' dan 'angin'

Di hari-hari yang lalu, saat ku memulai aktifitas rutinku. ya...berjalan kaki dari rumah kosku memang tidak seberapa jauh menuju gedung tempatku mencari nafkah. biasanya aku merasa gerah dan sangat terganggu dengan cucuran keringat yang membasahi wajah dan kerah bajuku. hughhh...kuseka dan kuseka lagi. ketika semangatnya ku mengangkat barbel di tempat fitness ku, dia mengucur dengan derasnya. kadang menghalangi mata dan pandanganku. sering ku menggerutu dalam hati "huuuuggghhhh.....".

saat perut kembung karena masuk angin, kadang kita berhati-hati dan malu jika angin yang ada di dalam tubuh itu keluar. merahlah muka kita jika hal tersebut terjadi disaat kita berada di dalam kelompok orang ramai. hughhhhh, kalo tidak pura-pura tidak tahu, atau cuek bebek sambil berjalan meninggalkan kerumunan orang tersebut. sungguh sangat memalukan....

sungguh Tuhan maha tahu atas apa yang ada dalam hati makhluknya. Dia sangat berkuasa membalikkan keadaan dan dia berkuasa menentukan apa yang terjadi pada kita.

beberapa hari kemarin, saat ku merasakan sukarnya menikmati hidup. saat perasaanku anjlok seperti kereta yang melewati jalur yang sudah rusak. saat semangat berada diujung titik nadir, dan saat ke-parno-an mendera. rasanya sungguh tidak enak. hanya karena fisik yang melenceng, rohani pun ikut down abiss. keringat yang di waktu dulu terasa hangat berubah menjadi dingin dalam butiran-butiran yang amat tidak enak dirasakan di kulitku. angin di perutku pun rasanya betah sekali berada di dalamnya, sekuat tenaga ku berusaha agar dia keluar. namun sangatlah susah untuk mengeluarkannya. Padahal di hari kemarin, 360 derajat perlakuanku terhadap mereka.

pagi ini, keringat itu mulai menetes lagi di pelupuk mataku. mulai menempel di badanku. tepat saat ku memulai aktifitas rutinku di pagi ini. tak tahu mengapa, keringat yang di hari lalu menggangguku, kini menjadi sangat nikmat. sungguh ku bersyukur bisa merasakan kembali nikmatnya tetesan keringat tersebut. memang angin masih sangatlah betah berada dalam perut buncitku. namun tidak seberapa sukar seperti di hari-hari kemarin.

Kawan....bisa kah kita belajar dari semua kejadian ini? sesuatu yang dahulu tidak kita gubris bahkan kita sangat tidak mengharapkannya, bisa menjadi sangat berharga di lain waktu. marilah kita menjadi makhluk Tuhan yang bersyukur, dan selalu bertafakur atas segala kejadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar